get app
inews
Aa Text
Read Next : Kopdit Swasti Sari Kupang konsolidasi Internal, Ini Arahan Ketua dan Wakil GM

Kristoforus Loko: Kesuksesan Kopdit Swasti Sari, Harus Menjadi Tantangan Untuk Terus Berinovasi

Sabtu, 31 Mei 2025 | 09:32 WIB
header img
Kesuksesan Kopdit Swasti Sari, Harus Menjadi Tantangan Untuk Terus Berinovasi (Foto: iNewsAlor.id)

Kupang, iNewsAlor.id – Wakil Ketua Komisi III DPRD Nusa Tenggara Timur (NTT), Kristoforus Loko, resmi menjadi anggota Koperasi Kredit (Kopdit) Swasti Sari pada Jumat, 30 Mei 2025. Proses pendaftaran dilakukan di Kantor Cabang Swasti Sari Kota Kupang, dan disaksikan oleh jajaran manajemen koperasi serta sejumlah anggota aktif.

Penyerahan buku anggota dilakukan oleh Wakil General Manager Kopdit Swasti Sari, Kasmirus Kopong. Dalam sambutannya, ia menyambut hangat kehadiran Kristo dan menyebutnya sebagai figur publik yang turut memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap koperasi.

“Pak Kristo bukan hanya seorang pejabat publik, tetapi juga figur yang punya pemahaman manajerial yang kuat. Ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus memperkuat pelayanan dan membangun kepercayaan anggota,” kata Kasmirus.

 

Dorongan untuk Terus Berinovasi

Kristo Loko dalam pernyataannya menyampaikan apresiasi atas eksistensi Swasti Sari yang mampu bertahan di tengah persaingan ketat lembaga keuangan.

 “Saya sudah lama dengar tentang Kopdit Swasti Sari, tapi hari ini saya datang dan melihat langsung. Koperasi ini tetap dipercaya masyarakat di tengah persaingan lembaga keuangan yang makin banyak, itu luar biasa,” ungkapnya.

Namun ia juga memberi catatan penting agar koperasi tidak terjebak dalam euforia kesuksesan. Menurutnya, koperasi yang ingin bertahan dalam jangka panjang harus berani melakukan transformasi dan inovasi.

 “Kesuksesan itu bukan akhir. Jangan jadikan kemapanan sebagai zona nyaman. Kalau kita merasa sudah cukup, kita berhenti berinovasi, dan itu bahaya,” tegas Kristo.

Kristo juga menyoroti pentingnya membangun strategi pelayanan dan branding yang adaptif, agar tetap relevan dengan kebutuhan generasi baru.

 “Masyarakat tidak bisa dipaksa jadi anggota koperasi. Mereka akan memilih berdasarkan kepercayaan dan kualitas pelayanan. Kalau kalah dalam membangun brand, kita akan tertinggal,” katanya.

 

Fokus pada Masyarakat Kecil

Kristo menekankan bahwa koperasi harus tetap berpihak pada masyarakat akar rumput seperti petani, buruh harian, dan pelaku usaha informal. Menurutnya, simpanan anggota harus kembali dalam bentuk manfaat yang nyata.

“Simpanan anggota itu harus kembali ke masyarakat kecil. Dari situlah mereka bisa bangun rumah, tambah aset, dan sekolahkan anak-anak mereka,” tuturnya.

Ia berharap Swasti Sari terus merancang program-program pemberdayaan yang langsung menyentuh kebutuhan riil masyarakat, bukan hanya fokus pada pertumbuhan aset atau profit.

 

Kopdit Swasti Sari: Lahir dari Semangat Pendidikan

Dalam kesempatan yang sama, Wakil GM Swasti Sari, Kasmirus Kopong, memaparkan sejarah berdirinya koperasi kepada Kristo Loko. Ia menjelaskan bahwa Swasti Sari lahir dari inisiatif sejumlah biarawati dan kepala sekolah Katolik pada 1 Februari 1988 di Kupang, sebagai respon atas kebijakan Bupati Paulus Lawari yang saat itu mewajibkan seluruh guru bantu bergabung dalam KPN (Koperasi Pegawai Negeri).

“Sebagian guru berasal dari sekolah-sekolah swasta Katolik, dan merasa tidak cocok dengan model koperasi yang ada. Maka muncullah inisiatif untuk mendirikan koperasi sendiri, yang diawali oleh Suster Carolie Hartati, CB, Ketua Yayasan Swasti Sari Keuskupan Kupang”. ujar Kasmirus.

Beberapa sekolah yang terlibat dalam proses pendirian antara lain Don Bosco 1–3, Santo Yosef 1–3, dan SD Arnoldus. Sekitar 12 tokoh perintis dari kalangan guru dan suster membentuk tim awal.

 

Nama Swasti Sari dipilih oleh para suster 

“Swasti” berarti pendidikan dan “Sari” berarti utama, yang berarti mengutamakan pendidikan yang benar. Kemudian Moto koperasi ini adalah Melayani dengan Benar—sebuah prinsip yang menjadi fondasi etis pelayanan koperasi sejak awal.

Kasmirus juga menegaskan bahwa meskipun koperasi ini lahir dari komunitas Katolik, namun dalam perjalanannya Swasti Sari telah menjadi rumah besar bagi semua orang tanpa memandang agama, suku, atau latar belakang sosial.

 “Sekarang kami benar-benar inklusif. Nilai profesionalisme, pelayanan yang benar, dan gotong royong menjadi inti dari keberadaan kami,” ucapnya.

Saat ini, Kopdit Swasti Sari memiliki lebih dari 290 ribu anggota aktif dengan jaringan pelayanan yang tersebar di berbagai kabupaten/kota di NTT dan luar wilayah.

 

Koperasi Inklusif dan Profesional

Dialog antara Kristo dan jajaran manajemen koperasi ditutup dengan harapan bersama agar Swasti Sari terus tumbuh menjadi koperasi nasional yang inklusif, profesional, dan dipercaya oleh masyarakat luas.

“Kami tidak ingin hanya besar di NTT, tetapi menjadi inspirasi nasional tentang bagaimana koperasi bisa dikelola secara modern dan tetap berpihak pada rakyat kecil,” tutup Kasmir. 

 

Editor : Danny Manu

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut