Buka Pameran dan Lomba Fashion Show Tenun Songket, Wabup Alor Minta Jaga Kwalitas Tenunan
KALABAHI,iNewsAlor.id - Wakil Bupati Alor Rocky Winaryo, SH, MH membuka Pameran Temporer Tenun Songket Alor dan Lomba Fashion Show Tenun Songket Alor Tingkat SMA,SMK dan sederajat Tingkat Kabupaten Alor, Sabtu (15/11/2025). Dalam sambutannya, orang nomor dua di Kabupaten Alor itu minta kepada para penenun untuk menjaga kualitas tenun. Pasalnya, ada kualitas, ada harga.
Wakil Bupati Alor Rocky Winaryo, SH, MH dalam sambutannya menyambut baik penyelenggaraan lomba fashion show dan festival tenun songket temporer. Winaryo mengaku selama menjadi anggota DPRD NTT beberapa tahun silam, ia termasuk satu diantara anggota dewan yang lebih banyak menggunakan tenun dengan berbagai motif, dari pada jas modern.

Para penenun harus lebih kreatif. Harus ada selalu motif baru, motif harus berubah terus. Motif harus selalu baru tetapi tidak meninggalkan identitas wilayah kita, pinta Wabup Winaryo.
Di Alor demikian Winaryo, yang tenun sudah banyak, yang jahit juga banyak tetapi kurang di desainer, karena itu perlu ada pelatihan bagi orang-orang kita tentang desain di luar, sehingga tidak hanya muncul yang itu-itu saja. Desain itu kata Winaryo sangat penting.
Kepada para penenun Wakil Bupati Alor mengingatkan lagi, ada kualitas, ada harga. Kita tidak boleh menekan, ketika penenun membuat produk yang bagus, yang kerjanya cukup rumit tetapi kita menekan dengan harga yang murah, tawar seperti di pasar. Katakanlah ada yang bagus sehingga harganya Rp. 1 Juta setengah, kita tawar hingga Rp. 300 Ribu. Itu tidak boleh terjadi. Sekali lagi, ada kualitas, ada harga.
Jadi, kata Winrayo, kita harus hasilkan pruduk tenun dengan kualitas yang bagus sehingga harganya juga bagus. Kualitas kalau biasa harganya juga biasa.
Dia berharap setiap kecamatan punya tenun tersendiri, harus mulai dari sekarang. Pemerintah bantu, kalau belum bisa menenun kita panggil ada pelatihan. Yang mengerti desain kita buat desain.
Kepada Ibu Sophi demikian Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor Sophia Benni Loro, S.Pd, MM biasa disapa, Wabup Alor minta jangan pindah ke dinas lain lagi. “Sudah bagus disini jadi Ibu mau pindah saya tidak mau. Jangan pindah di lain lagi. Karena ibu disini saya lihat bagus juga. Saya apresiasi, jujur aja ibu buat ini sangat bagus. Inilah kalau kebudayaan kalau dikasih ke perempuan ... ini sangat tulus hati. Kalau di tangan yang tepat anggaran dipakai untuk yang benar,” ujar Winaryo.
Winaryo mengapresiasi kegiatan tenunan songket temporer dan fashion show tenun songket. Dia Berharap kegiatan ini dapat menjadi loncatan untuk menumbuhkan kecintaan tenunan pada generasi Z serta menampilkan tenunan lainnya sebagai apresiasi karya seni dan para penenun yang juga meningkatkan ekonomi rumah tangga bagi para pengrajin yang berdampak kepada kesejahteraan masyarakat sesuai Program Gerbang Timur dalam spirit Alor Berkemas.
Kegiatan ini diharapkan menjadi wadah bagi para penenun untuk terus berkarya memberikan kontribusi positif bagi perkembangan tenunan di Kabupaten Alor, harapnya.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor Sophia Benni Loro, S.Pd, MM dalam sambutannya mengatakan, dinas yang dipimpinnya dalam tahun 2025 mendapat dana bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik.
Dijelaskan Sophia, tahun depan atau Tahun 2026 pihaknya juga mendapatkan bantuan untuk DAK Non Fisik meski di tengah-tengah kesulitan ekonomi, dimana dana transfer untuk kabupaten berkurang, tetapi Puji Tuhan, dinasnya mendapat bantuan DAK Non Fisik.
“Kalau tahun ini kami dapat Rp. 400 Juta, Tahun 2026 dapat Rp. 600 Juta, sehingga bisa menolong kami untuk bisa melaksanakan kegiatan yang melibatkan anak-anak sekolah, mulai dari tingkat sekolah dasar (SD), SMP dan SLTA,” ungkapnya.
Selama ini demikian Sophia, orang bayangkan kalau Dinas Kebudayaan itu hanya mengurus hal-hal yang sifatnya tradisional dan kuno, tetapi ketika ia ditempatkan di dinas ini sebagai Kepala Dinas, ia merasa bersyukur sekali.
Justru ketika saya ada di Dinas Kebudayaan, saya mengetahui isi dalam Alor yang sesunguhnya terhadap sejumlah kekayaan warisan budaya Alor yang selama ini dipandang dengan mata sebelah.
Dan, sambunya, ada begitu banyak kekayaan yang belum tereksplore dengan baik dan melalui kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan anggaran yang bersumber dari pemerintah pusat dan juga dana daerah, kita dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai budaya yang cukup tinggi. Salah satunya tambah Sophia, hari ini yaitu Pameran Temporer Untuk Tenun Songket yang dilanjutkan Lomba Fashion Show.
Sophia mengemukakan alasan mengapa memilih tenun songket, yang pertama itu karena tenun songket sudah semakin jarang penenunnya di Alor dan kadang-kadang hasil tenunannya cukup tinggi harganya. Tenun songket berbeda juga dengan tenun ikat oleh karena para penenun mengekspresikan nilai seni langsung diatas tenunan.
“Saya minta terimakasih kepada para penenun dari Kolana dan Batulolong. Untuk KUI juga kami undang,” ujarnya.
Sophia berharap agar kajian untuk tenun songket ini akan berlangsung dan berlanjut terus hingga penulisan buku yang diprogramkan tahun 2025. Kita berharap bahwa dokumen-dokumen yang ada ini menjadi catatan berharga untuk generasi muda yang disebut generasi Z, yang saat ini agak sulit sekali menggunakan tenun dan mempromosikan tenunan.

Dia mengaku bersyukur hari ini bisa melakukan fashion show yang merupakan lanjutan dari beberapa tahun silam tetapi tahun ini kita fokus kepada tenun songket.
Melelalui kesempatan ini juga dilakukan penyerahan bantuan alat musik tradisional dari pemerintah daerah kepada empat sanggar budaya. Setiap tahun Dinas Kebudayaan memberikan dukungan dan perhatian kepada beberapa kelompok sanggar untuk meningkatkan kreativitas dan semangat mereka untuk melestarikan budaya berupa tarian, tenunan, pangan lokal dan rumah adat serta kegiatan-kegiatan festival.
Ditambahkannya, hari ini juga sedang dilangsungkan kegiatan festival di Matalafang untuk buka lahan baru. Terimkasih untuk seluruh pemerhati budaya yang telah memberikan kontribusi dan pikiran positif melalui kegiatan-kegiatan kami sebelumnya yakni kajian moko, akan dilanjutkan dengan penulisan buku.
Menariknya Sophia mengusulkan kepada Wakil Bupati Alor dalam kesempatan itu untuk menggunakan pakaian adat asli Alor, tidak lagi menggunakan jas, PSR, PSL. Ijinkan sewaktu-wakyu menggunakan pakaian adat Alor. Ini akan mendorong para penenun untuk semakin berkreasi dalam menenun, mereka semakin giat menenun sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi rumah tangga.
Ketua Panitia Pameran Temporer Tenun Songket Alor dan Fashion Show, Semi Kartunggu, SH dalam laporannya mengatakan bahwa salah satu tujuan kegiatan ini adalah memperkenalkan kain tenun kepada Genersi muda agar mereka dapat mengenal nilai-nilai historis, filosofi, dan proses pembuatannya. Tujuan lainnya menurut Kartunggu, memberikan wadah bagi generasi muda untuk menampilakan karya yang berbasis pada kain tenun tradisional serta menumbuhkan rasa bangga bagi generasi muda terhadap budaya dan karya anak bangsa.
Kartunggu melaporkan bahwa dari 27 peserta lomba fashion show, wakil SMA Negeri 1 Kalabahi, Merlin A. Mausali keluar sebagai Juara I Lomba Fashion Show.
Editor : Danny Manu