Tiga Bulan Riset di Alor, UGM Rekomendasikan Perbaikan Fasiltas Umum di Kawasan Transmigrasi
KALABAHI,iNewsAlor.id - Kurang lebih tiga bulan Universitas Gadjah Mada melakukan riset di dua kawasan transmigrasi di Kabupaten Alor. Menurut hasil riset, rata-rata fasilitas di kawasan transmigrasi Kaipera, Kecamatan Alor Timur dan Remasingfui, Kecamatan Mataru mengalami kerusakan. Karena itu peneliti UGM yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Patriot merekomendasikan perbaikan fasilitas umum di Kawasan Transmigrasi Kaiepara dan Remasingfui kepada Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Rekomendasi untuk memperbaiki fasilitas umum di dua kawasan transmigrasi di Kabupaten Alor itu terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) antara Tim Ekspedisi Patriot dari UGM yang melakukan riset dan pemetaan potensi ekonomi untuk menyukseskan Asta Cita di Kawasan Transmigrasi bersama Pimpinan OPD lingkup Pemkab Alor di Aula Kantor Bupati Alor, Senin (01/12/2025).
Koordinator Tim Ekspedisi Patriot dari UGM, DR. Rury Eprilurahman dalam FGD itu menegaskan untuk merekomendasikan perbaikan permukiman sekaligus sanitasi dan infrastruktur air, jalan, listrik dan jaringan. Selanjutnya merevitalisasi fasilitas publik, peninjauan kembali pengukuran lahan usaha di kawasan transmigrasi Remasingfui, peningkatan ketrampilan melalui pelatihan dan pemberdayaan masyarakat, bantuan alat dan pendampingan.
Tim juga merekomendasikan penguatan kelembagaan lokal dan dukungan aktif kelompok usaha yang sudah ada serta pengembangan wilayah menjadi desa wisata minat khusus.
Laporan hasil riset di kawasan transmigrasi secara keseluruhan akan disampaikan tim dari UGM kepada Kementrian Transmigrasi di akhir tahun 2025, sebelumnya kami laporan secara rutin kepada kementrian melalui laporan mingguan, laporan bulanan dan laporan akhir setelah tim selesai melaksanakan FGD pada hari ini, sebutnya.
Eprilurahman mengaku tidak dapat memastikan apakah ada interfensi program dari Kementrian Transmigrasi setelah pihaknya menyampaikan laporan hasil riset tetapi yang pasti riset ini dilakukan atas penugasan dari kementrian, dan hasilnya akan disampaikan kepada kementrian.
Eprilurahman mengaku akan ada beasiswa transmigrasi di Tahun 2026 yang sedang disiapkan oleh Kementrian Transmigrasi.
Transmigrasi itu menurut Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Surayanagara, tidak hanya memindahkan penduduk atau masyarakat dari satu wilayah ke wilayah yang lain, tetapi ada beberapa hal yang perlu dikembangkan. Masing-masing yang bakal menghuni suatu kawasan transmigrasi harus memiliki satu potensi pada saat memasuki kawasan transmigrasi sehingga kawasan itu berkembang, bisa maju, dan yang penting adalah masyarakat bisa sejahtera, kata Eprilurahman.
Melalui FGD yang menghadirkan pimpinan dan wakil dari OPD lingkup pemerintah Kabupaten Alor ini, Eprilurahman menjelaskan, FGD ini merupakan salah satu cara bagaimana tim memformulasikan hal-hal yang ditemukan pihaknya di lapangan pada saat melakukan riset untuk dilaporkan kepada kementrian.
Dua bulan berada di Kaipera melakukan riset demikian Eprilurahman, pihaknya menemukan fakta bahwa banyak warga yang meninggalkan kawasan transmigrasi, secara umum disebabkan oleh karena, perumahan yang kurang layak (bahan baku rumah dan sanitasi), akses jalan ‘setengah mati’, masih jalan tanah, berbatu dan sering erosi, akses air minum yang sulit meskipun sumber air melimpah, adanya bencana alam (gempa bumi, angin topan dan seroja), sistim translokasi.
Dia kemudian merici, di kawasan transmigrasi Kaipera, banyak penghuni meninggalkan kawasan transmigrasi karena kondisi fasilitas umum yang tidak berfungsi, rusaknya perumahan setelah bencana, warga merasakan kurangnya perhatian pemerintah.
Sedangkan di kawasan transmigrasi Remasingfui menurut Eprilurahman, ditemukan warga meninggalkan kawasan transmigrasi oleh karena akses ke fasilitas umum (sekolah) jauh, sertifikat tanah lahan usaha belum dibagikan sehingga warga belum bisa kerja di lahan usaha, kondisi fasilitas umum yang sudah rusak.
Penjabat Sekda Kabupaten Alor Obeth Bolang, S.Sos. M.Ap dalam sambutannya membuka FGD ini mengatakan, mewakili pemerintah Kabupaten Alor, Bupati dan Wakil Bupati Alor dan kami semua jajaran pemerintah Kabupaten Alor menyampaikan terimakasih, rasa hormat dan bangga kepada tim expedisi patriot yang selama dua bulan berada di Alor, yang fokusnya di kawasan transmigrasi Kaipera di Tanglapui, Kecamatan Alor Timur dan satu bulan ada di Remasingfui di Desa Mataru Selatan, Kecamatan Mataru.
Karena itu pemerintah Kabupaten Alor menyampaikan terimakasih banyak karena selama tiga bulan tim expedisi telah melakukan tugas untuk mengevaluasi sejumlah program kegiatan terkait dengan pembangunan pengembangan dua kawasan transmigrasi dan menggali berbagai potensi yang perlu dikembangkan di kawasan ini sehingga dengan demikian mendukung, mengsuport masyarakat yang mendiami kawasan transmigrasi, ujar Bolang.
Menurut Bolang, ini suatu hal yang patut diapresiasi, dan karena itu FGD hari ini tentu akan mendengar berbagai usul saran, masukan untuk melengkapi atau memperkuat hasil riset dari tim expedisi garuda, sehingga nanti setelah tim ini kembali ke Universitas Gaja Mada (UGM) dan Kementrian Transmigrasi, memberikan rekomendasi berupa rancangan program kegiatan yang sekiranya di Tahun 2026 sudah dapat diimplementasikan di dua kawasan transmigrasi. Ini harapan kami, karena Kabupaten Alor untuk Tahun 2026, dana transfernya mengalami penurunan. Sedangkan belanjanya meningkat.
Kebutuhan belanja sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat untuk P3K Tahap I, Tahap II, juga paruh waktu, bahkan ada beberapa yang belum masuk di paruh waktu. Ini membuat postur APBD untuk belanja aparatur semakin membesar, sebutnya.
Dikatakan Bolang, dari efisiensi anggaran, untuk tahun 2026 Rp. 145 Milyar dana transfer yang dipangkas. Sehingga pemerintah daerah berharap FGD yang sudah dirancang tim expedisi patriot kiranya dalam bentuk sejumlah program kegiatan khususnya di dua kawasan transmigrasi, Tanglapui dan juga Remasingfui. Selain itu bisa saja ada program kegiatan yang bisa masuk di beberapa kawasan transmigrasi di Kabupaten Alor.
Bolang menjelaskan, Alor ini ada 18 Kecamatan, ada 175 Desa/Kelurahan, ada di 15 Pulau, 9 berpenghuni dan 5 pulau belum berpenghuni. Alor berbeda di kabupaten lain di NTT yang satu daratan, di Flores, Timor bahkan di Jawa, Bali dan seterusnya.
“Kita kabupaten kepulauan yang wilayahnya ada di depan Republik Demokrat Timor Leste (RDTL). Jadi, ini yang NKRI harga mati, jadi kebijakan-kebijakan negara harus juga diberikan perhatian,” pintanya sembari menambahkan, diharapkan ke depan masyarakat Alor yang berjumlah kurang lebih 221 ribu, ini juga mendapatkan perlakuan yang sama. Memang kami berpikir kalau Aceh dan Papua diberikan otonomi khusus, mengapa kami di NTT yang harga mati NKRI kenapa tidak.
Dalam setiap kesempatan kalau saya bicara kita Alor ini juga bagian dari NKRI karena itu sejumlah program kegiatan, kalau hanya sekedar habis di FGD dan menjadi dokumen di UGM dan Kementrian Transmigrasi saya kira itu yang kita hindari.
“Saya minta tolong tim yang beranggotakan dua doktor dari UGM ini dapat memperjuangkan agar dua kawasan transmigrasi di Alor yang menjadi sasaran riset kali ini mendapatkan sentuhan program di waktu yang akan datang,” katanya memohon.
Dengan begitu terangnya, akan menutupi efisiensi anggaran, sehingga semua sektor ke depan bisa bergerak, maju ke depan untuk sukseskan Program Gerbang Timur yang dicanangkan Bupati-Wakil Bupati Alor, Gerakan Ayo Bangun NTT yang dirintis Gubernur NTT dan Asta Citanya Prabowo Subianto.
Dia berharap agar dua kawasan transmigrasi ini ke depan akan dikembangkan dengan baik, khususnya perumahan yang kondisi konstruksinya kurang layak. Kita berharap dibangun seperti tiga ratus lebih perumahan bantuan seroja, lengkap dengan fasilitas yang dibangun di Pulau Pantar, oleh Kementrian PU. Kalau bangun ya bangun satu kali yang bagus supaya rakyat nyaman tinggal di dalamnya, dia menikmati.
Editor : Danny Manu