Tak Hanya Soal Gizi, Stunting di NTT Dipicu Kehamilan Remaja

Eben
Desimenasi Program ASRP Kota Kupang dan SBD yang Digagas ChildFund International di Indonesia dan Yayasan Cita Masyarakat Madani (Foto: iNewsAlor.id)

Kupang, iNewsAlor.id – Temuan mengejutkan datang dari hasil survei Acceleration of Stunting Reduction Program (ASRP) yang digagas ChildFund International di Indonesia.

Program ini mengungkap sejumlah persoalan serius terkait kesehatan ibu dan anak di Kota Kupang dan Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur (NTT), yang berdampak langsung pada tingginya prevalensi stunting.

Salah satu temuan paling mencolok adalah tingginya jumlah persalinan tanpa ikatan pernikahan sah. Dari 119 responden Di Kota Kupang, 23,53 persen ibu melahirkan dalam kondisi belum menikah secara resmi. Di Sumba Barat Daya, dari jumlah responden yang sama angka ini tercatat 3,36 persen.

Selain itu, pernikahan usia dini atau remaja juga masih tinggi: 6,72 persen di Kota Kupang dan 7,56 persen di SBD terjadi saat perempuan berusia 15–18 tahun.

“Remaja yang seharusnya fokus pada tumbuh kembang dirinya sudah harus berbagi gizi dengan janin. Ini sangat memengaruhi kesehatan kehamilan dan meningkatkan risiko stunting,” ujar Siti Aisah, Health Specialist ChildFund International di Indonesia dalam diseminasi hasil program, Selasa (11/6/2025) di Kupang.

Akses ANC Minim, Risiko Kehamilan Tinggi
Laporan ASRP juga menyoroti rendahnya cakupan layanan pemeriksaan kehamilan (ANC). Di Kota Kupang, 1,59 persen ibu tidak pernah periksa kehamilan, dan hanya 7,56 persen yang memeriksakan diri secara rutin sesuai standar minimal enam kali. Di SBD, 1,69 persen ibu periksa kehamilan kurang dari enam kali, meski 39,5 persen sudah rutin mengikuti ANC.

Kondisi ini diperparah oleh kemiskinan, stigma sosial terhadap ibu hamil di luar nikah, dan keterbatasan akses layanan kesehatan dasar.

 

Rokok di Tengah Kemiskinan, Gizi Anak Terancam

Kondisi ekonomi masyarakat juga jadi perhatian. Di Kota Kupang, 41,2 persen keluarga hidup dengan pengeluaran kurang dari Rp1 juta per bulan. Di SBD, angkanya jauh lebih tinggi, mencapai 90,8 persen. Ironisnya, dalam tekanan ekonomi tersebut, 68 persen ayah di SBD masih aktif merokok.
“Kalau penghasilan terbatas tapi dipakai untuk rokok, tentu itu mengurangi jatah makan bergizi bagi anak,” ungkap Siti.

 

Capaian Positif: ASI Eksklusif Tinggi
Di tengah kondisi yang serba terbatas, kesadaran ibu dalam memberikan ASI eksklusif justru tergolong sangat baik. Di SBD, 94,12 persen ibu menyusui bayinya secara eksklusif, sedangkan di Kota Kupang angkanya mencapai 85,7 persen.
“Ini membuktikan bahwa edukasi yang tepat bisa mengubah perilaku, bahkan di tengah keterbatasan ekonomi,” tambah Siti.

 

ASRP Berbasis Komunitas, Replikasi dari Bogor
ASRP yang dijalankan di NTT merupakan replikasi dari program sukses di Kota Bogor, Jawa Barat, yang menurunkan angka stunting dari 35,9 persen menjadi 28,6 persen, serta menekan gizi buruk dan berat badan sangat kurang secara signifikan.

Program ini melibatkan lintas sektor mulai dari pemerintah daerah, puskesmas, kader desa, hingga organisasi masyarakat sipil. Di NTT, ChildFund bekerja sama dengan Yayasan Cita Masyarakat Madani sebagai mitra utama, dengan pendekatan pengasuhan responsif dan peningkatan pengetahuan gizi bagi orang tua dan pengasuh anak usia 0–23 bulan.
“Sebanyak 85,9 persen orang tua mengalami peningkatan pengetahuan tentang pengasuhan, dan seluruh kader yang terlibat kini lebih siap mendampingi keluarga,” terang Silvester Seno, Pimpinan Yayasan Cita Masyarakat Madani.

 

Dukungan Pemerintah Daerah
Program ini mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Kota Kupang dan Kabupaten SBD. Kepala Bapperida dan Dinas Kesehatan dari kedua daerah sepakat bahwa penanganan stunting membutuhkan kolaborasi jangka panjang.
“Ini bukan hanya soal angka, tapi tentang masa depan generasi NTT. Maka sinergi dari tingkat keluarga hingga pemerintahan sangat diperlukan,” tegas Silvester.

Tentang ChildFund International
ChildFund International telah hadir di Indonesia sejak tahun 1973 dan kini menjangkau lebih dari 3,7 juta anak dan keluarga di delapan provinsi. Organisasi ini fokus pada pemenuhan hak anak, termasuk perlindungan, pendidikan, dan pengasuhan yang berkelanjutan.

Editor : Danny Manu

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network