get app
inews
Aa Text
Read Next : KM Lebanon yang Tenggelam di Alor, Masuk Pusaran Air, 4 Orang Belum Ditemukan 3 Diantara Anak

Dampak Kapal Kuala Mas Tenggelam: Laut Bolok Tercemar, Nelayan dan Petani Rumput Laut Menjerit

Rabu, 19 Februari 2025 | 17:31 WIB
header img
Yupiter Luit Holbala, Petani Rumput Laut, Bolok, Kabupaten Kupang, Tunjukkan Rumput Laut Rusak Akibat Tumpahan Minyak

Kupang, iNewsAlor.id - Matahari sudah di ufuk barat,  Yupiter Luit Holbala, perlahan mengayun sampan, mengintari deretan panjang tali, yang ditanam rumput laut. Ia mengecek deretan tali rumput laut yang biasanya menjadi sumber penghidupannya.

Ia pun kembali,  ke bibir pantai di Desa Bolok, Kabupaten Kupang, dengan membawa kurang dari seember rumput laut.

Dengan wajah lesuh, ia menunjukkan hasil panenan, yang tidak seberapa, selain dalam kondisi rusak, juga berminyak rumput laut hasil penennya.

Dalam nada suara yang terbata-bata, Yupiter mengatakan, tidak seperti biasanya, rumput laut biasanya hijau, demikian pula panenan, untuk satu tali dengan panjang 80 meter, capai 75 kilogram, namun kali ini tidak sampai 5 kilogram.

“Biasanya, satu tali sepanjang 80 meter bisa menghasilkan 75 kilogram rumput laut. Tapi sekarang, hasilnya jauh berkurang,” keluh Yupiter (16/02).

Yupiter menduga, penyebab rusaknya rumput laut, hingga berkurang panenannya, akibat tumpahan minyak, dari kapal kargo Kuala Mas yang tenggelam tak jauh dari lokasi garapan rumput lautnya.

Sejak kapal kargo Kuala Mas tenggelam pada 22 Desember 2024, kehidupan para petani rumput laut di Desa Bolok berubah drastis. Tumpahan oli dan minyak yang mencemari perairan sekitar menyebabkan pertumbuhan rumput laut terhambat, bahkan banyak yang mati sebelum bisa dipanen.

Tak jauh dari tempat Yupiter, Edi Piubati juga mengungkapkan hal senada, sebagai nelayan tangkapan, dirinya bersama kerabatnya pun sulit mendapatkan ikan sebulan ini.

Edi Mengaku, sejak tenggelamnya kapal kargo Kuala Mas, hasil tangkapan mereka menurun drastis. Bahkan banyak ikan yang ditemukan mati di laut yang biasanya mereka mencari ikan tangkapan.

“Dulu, dalam semalam saya bisa menangkap cukup ikan untuk dijual dan memberi makan keluarga. Sekarang, banyak ikan mati di laut, dan yang masih hidup semakin sulit ditemukan,” ujar Edi dengan nada prihatin.

Para nelayan kini harus melaut lebih jauh dari biasanya, menghabiskan lebih banyak bahan bakar dan waktu demi mencari ikan yang semakin langka. Situasi ini membuat penghasilan mereka menurun drastis, sementara kebutuhan hidup tak bisa ditunda.

Dampak lingkungan akibat tumpahan minyak ini tidak luput dari perhatian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nusa Tenggara Timur. Mereka turun langsung ke lokasi untuk menilai tingkat pencemaran dan meminta pemerintah serta pemilik kapal segera bertindak.

“Jika tidak segera ditangani, ekosistem laut di sini bisa rusak parah. Kami mendesak pemerintah dan pemilik kapal untuk bertanggung jawab atas dampak ekologis ini,” tegas Yuvensius Stefanus Nonga, Deputi WALHI NTT.

Menurut WALHI, tumpahan minyak tidak hanya merusak ekosistem laut, tetapi juga mengancam ekonomi masyarakat pesisir yang bergantung pada hasil laut.

Mereka menuntut langkah cepat dari pihak berwenang untuk membersihkan perairan dan memberikan kompensasi kepada para petani dan nelayan yang terdampak.

Di tengah ketidakpastian ini, Yupiter dan Edi hanya bisa berharap ada perubahan. Mereka ingin kembali ke hari-hari di mana laut menjadi sumber kehidupan, bukan ancaman.

“Kami butuh keadilan. Kami hanya ingin bisa bekerja seperti biasa, tanpa takut hasil panen dan tangkapan kami hancur karena pencemaran,” kata Yupiter.

Sementara itu, laut yang dulu biru jernih kini masih tampak suram, membawa jejak tumpahan minyak yang belum sepenuhnya hilang. Bagi para petani rumput laut dan nelayan di Kupang, harapan kini bertumpu pada seberapa cepat pihak terkait bisa bertindak untuk memulihkan kehidupan mereka yang terancam.

Mereka meminta pemerintah Kabupaten Kupang, juga pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, segera turun tangan untuk menyelesaikan masalah tumpahan  minyak tersebut.

Selain itu, mereka juga meminta pihak perusahaan dari Kapal Kargo Kuala Mas untuk ikut bertanggung jawab terhadap nasib petani rumput laut dan nelayan Desa Bolok, Kabupaten Kupang.

Editor : Danny Manu

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut