Kopdit Swasti Sari : Dari 900 Ribu Kini Aset 1,1 Triliun Lebih, Lahir Dari Keprihatinan Para Guru

Eben
Kopdit Swasti Sari : Dari 900 Ribu Kini Aset 1,1 Triliun Lebih, Lahir Dari Keprihatinan Para Guru (Foto: Ist)

Kupang, iNewsAlor.id – Koperasi Kredit Swasti Sari (Kopdit Swasti Sari) kembali mencatatkan kinerja impresif sebagai kekuatan ekonomi rakyat di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Di tengah tantangan ekonomi nasional dan persaingan sektor keuangan digital, koperasi yang berakar dari komunitas pendidikan Katolik ini justru terus bertumbuh menjadi raksasa ekonomi berbasis solidaritas.

Dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun Buku 2024, Kopdit Swasti Sari melaporkan total aset mencapai Rp1,19 triliun, meningkat dari Rp1,12 triliun pada tahun 2023. Jumlah anggota juga melonjak dari 189.374 menjadi 205.584 orang, atau naik 8,4 persen. Koperasi ini juga membukukan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar Rp17,31 miliar.

Ketua Pengurus Kopdit Swasti Sari, Lambert Arat Tukan, menyampaikan bahwa capaian tersebut merupakan buah dari kepercayaan anggota, pengelolaan yang profesional, serta komitmen pelayanan yang terus dijaga.

Namun, jauh sebelum Swasti Sari menjadi koperasi besar seperti sekarang, ada cerita lama yang jarang diketahui publik: koperasi ini lahir dari keprihatinan para guru Katolik yang dulu hidup dalam keterbatasan.

Berawal dari Jeritan Ekonomi Guru
Kisah berdirinya Kopdit Swasti Sari bermula pada akhir 1980-an, ketika banyak guru dan pegawai di bawah Yayasan Swasti Sari, milik Keuskupan Agung Kupang, hidup dalam kondisi ekonomi yang sangat sulit. Gaji rendah, pinjaman informal tanpa bunga, bahkan jeratan utang rentenir menjadi kenyataan sehari-hari bagi para guru.

Kondisi tersebut mendorong Suster Carolie Hartati, CB, yang saat itu menjabat Ketua Yayasan Swasti Sari Cabang Kupang, untuk merintis solusi yang lebih sistemik: mendirikan koperasi milik para guru dan pegawai.

Dasar Gagasan Lahir Kopdit Swasti Sari
1. Gaji guru dan pegawai tidak mencukupi kebutuhan hidup.
2. Banyak guru terjebak dalam pinjaman rentenir yang mencekik.
3. Upah guru, baik negeri maupun swasta, sangat rendah.
4. Edaran Bupati Kupang saat itu, Paulus Lawa Rihi, mewajibkan guru negeri menjadi anggota KPN, memicu semangat untuk membentuk koperasi sendiri.

Rapat Bersejarah Lahirnya Kopdit Swasti Sari

Gagasan itu ditindaklanjuti dalam rapat perdana pada 11 Januari 1988, dipimpin Pius Purab, Sekretaris Yayasan Swasti Sari. Rapat tersebut dihadiri sembilan kepala sekolah dan menghasilkan keputusan untuk membentuk koperasi guru dan pegawai yayasan.

Rapat lanjutan pada 1 Februari 1988 yang dihadiri 97 perwakilan guru dan pegawai dari 17 sekolah menetapkan nama “Koperasi Kredit Swasti Sari Kupang.” Kata “Swasti” berarti pendidikan dan “Sari” berarti utama, menandakan cita-cita mulia untuk memajukan ekonomi para pendidik. Tanggal 1 Februari 1988 pun ditetapkan sebagai hari lahir Kopdit Swasti Sari.

Struktur Awal dan Dana Permulaan
Kepengurusan awal koperasi melibatkan tokoh-tokoh Katolik, termasuk:
Penasehat: Mgr. Gregorius Mantairo, SVD (alm), Uskup Agung Kupang
Ketua Dewan Pimpinan: Sr. Carolie Hartati, CB
Sekretaris: Drs. Pius Purab
Bendahara: Agustinus Tadon, BA dan Theresia Wua Golelodo
Pengawas: Balthazar Seran Nahak dkk.

Simpanan pokok per anggota ditetapkan sebesar Rp10.000 dan simpanan wajib bulanan Rp500. Dana awal yang terkumpul sebesar Rp970.000 dipotong langsung dari honor ujian para guru.

Bertumbuh Menjadi Koperasi Inklusif
Meski lahir dari komunitas Katolik, Kopdit Swasti Sari kini menjelma menjadi koperasi inklusif yang melayani masyarakat dari berbagai latar belakang suku, agama, dan profesi.

Sekarang kami benar-benar inklusif. Profesionalisme dan pelayanan adalah roh koperasi ini sejak awal,” ujar Kasmirus Kopong, Wakil General Manager Kopdit Swasti Sari, saat berdialog dengan Kristoforus Loko, Wakil Ketua Komisi III DPRD NTT, yang baru saja resmi menjadi anggota koperasi pada 30 Mei 2025.

Kristoforus menyambut baik perkembangan koperasi ini, namun sekaligus mengingatkan agar Swasti Sari tidak kehilangan jati diri.

Jangan jadi dinosaurus—besar tapi punah karena tak mampu beradaptasi. Koperasi ini harus tetap menyentuh akar rumput: petani, nelayan, pedagang kecil. Simpanan anggota harus kembali ke mereka dalam bentuk manfaat,” tegas Ito, sapaan akrabnya.

Dari Kupang untuk Indonesia
Hingga tahun 2025, Kopdit Swasti Sari telah melayani lebih dari 290.000 anggota dengan jaringan pelayanan yang menjangkau seluruh NTT dan beberapa wilayah di luar provinsi.

Dengan manajemen modern dan sistem digital yang terus dikembangkan, koperasi ini bercita-cita menjadi model koperasi rakyat yang sukses secara nasional.

Swasti Sari: Bukan Sekadar Koperasi
Lebih dari sekadar koperasi, Swasti Sari adalah gerakan ekonomi rakyat yang lahir dari keprihatinan, tumbuh melalui solidaritas, dan berkembang berkat profesionalisme. Kisahnya membuktikan bahwa koperasi, jika dikelola dengan jujur dan benar, dapat menjadi kekuatan yang mengubah kehidupan banyak orang.

“Kami ingin menunjukkan bahwa koperasi bisa modern, profesional, dan tetap berpihak pada rakyat kecil.” – Kasmirus Kopong

Kasmir memastikan walaupun tantangan yang tidak mudah dihadapi saat ini, pengurus dan manajemen terus berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada anggota sebagai pemilik lembaga dengan melakukan berbagai inovasi sesuai dengan eranya saat ini.

Editor : Danny Manu

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network