KALABAHI,iNews.Alor.id – Nelayan wolatang Kecamatan Kabola , Alor Nusa Tenggara Timur (NTT) mengeluh, lumba lumba dianggap hama bagi mereka karena hasil tangkapan mereka saat di Rumpon berkurang, bertindak ingin membunuh, mamalia laut itu dilindungi, mereka melapor ke pemerintah desa setempat, melalui Lurah untuk tindak lanjut ke Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Alor maupun KCDKP Propinsi Wilayah Alor untuk mencari solusi.
Wolatang, Maimol dan sekitarnya merupakan salah satu lokasi pemasok ikan yang tersebar di beberapa pasar yang ada di Kota Kalabahi. Ikan segar yang didapat oleh nelayan inipun masih bergantung pada Rumpon yang di pasang di luar Teluk Kabola tersebut.
Wilayah laut yang persis berada di bagian utara, sudah tentu membuat mereka yang bermata pencaharian Nelayan bergantung pada musim. yaitu musin timur atau musim barat, sebutan untuk prediksi cuaca khususnya kondisi laut yang mana musim pada salah satu musim ini, Nelayan di daerah kabola bisa melaut.
Eko salah satu Nelayan yang ditemui pagi tadi, Jumat (21/10) dipantai Wolatang tempat pendaratan ikan, menceritahkan kejadian yang dialami hampir 2 bulan kebelakang ini. Hasil tangkapan yang berkurang yang tentunya berdampak pada penghasilan mereka.
“ini sudah hamper terjadi 1 bulan om, ini ikan (lumba lumba) kalo datang rombongan bukan 1 atau 2 ekor tetapi banyak terus mereka mulai susuri pukat pukat dan mulai makan ikan ikan hasil tangkapan pada jarring atau pukat yang ada di rumpon, namun yang dimakan ikan belo belo sementara ikan mata golong (sebutan jenis ikan) tidak Pungkas Eko sedikit heran.
Lokasi Pantai Wolatang perahu Nelayan dan Pukat yang hanya di gelar di bibir pantai
Disambung oleh teman teman Nelayan lain yang ada disekitar situ juga,”om ini ikan (lumba lumba) juga pintar dia makan ini ikan dari sisi bagian luar, dari ujung ke ujung tapi tidak bikin rusak pukat atau jarring, kalo ini jaring juga kalo buat rusak berarti kita tidak tau mau bagemana lagi”katanya.
Kondisi ini menurut mereka hasil yang didapat biasanya sampai 2 atau 3 ember (jumlah ikan dalam ukuran ember) kini bisa berkurang setengah karena dimakan oleh lumba lumba tadi,” jadi kalau 1 ember dengan harga 500-700 ribu tinggal dikaikan saja, tapi inipun untuk harga pasaran sekarang karena ikan yang mulai susah” sambungnya.
Kejadian ini bagi mereka baru terjadi. Eko mengatakan lumba lumba yang dianggap hama bagi mereka ini sendiri, jenis yang baru dilihat, selain tubuhnya yang besar juga berwarna hitam, jadi tidak diketahui pasti lumba lumba jenis apa, “teman teman lain disini ada yang tidak mau ke rumpon karena alasan bahan bakar,selain harga BBM, juga tidak ada pemasukan untuk membeli bahan bakar, kalau ke rumpon kejadian masih seperti ini kadang pulang kosong tanpa ada hasil apa, sama saja sudah buang bahan bakar om, jadi yang sekarang ke rumpon ini hanya pasrah saja” pungkas Eko.
Ia mengakui kebiasaan mereka kalaupun ada lumba lumba yang bermain dalam teluk sini, pertanda ikan banyak dan dibuktikan hasil tangkapan di rumpon yang baik, sehingga terkadang harga ikan sampai murah karena melimpah hasil tangkapan yang didapat.
Mereka sudah melaporkan kejadian tersebut ke Lurah setempat untuk menindak lanjuti ke Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) kabupaten alor, maupun Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi (KCDKP) wilayah Alor, untuk mencari solusi, alasanya mereka terganggu dan punya niat mengusir dengan cara membunuh, namun mengingat aturan akan mamalia laut ini yang dilindungi.
Sementara KCDKP Wilayah Alor melalui Kepala Cabang Muhammad Saleh Goro yang dihubungi mengatakan, "kami sudah kirimkan tim dari kantor ke lokasi, dan kami minta untuk mendata semua rumpon yang ada disana. Mungkin setelah mendata kami akan tertibkan". Kata Saleh.
Namun ini kami akan cari solusi bersama, terkait kejadian ini, saleh juga menerangkan karena keberadaan rumpon rumpon ini berada di laut lepas, bisa saja itu merepakan jalur lintasan mereka (lumba lumba), dan ikan ikan kecil tersebut, merupakan makanan dari lumba lumba tersebut. Katanya.
Terkait pernyataan jenis lumba lumba yang baru mereka lihat, “nanti kita telusuri untuk pastikan apakah itu lumba lumba atau ikan jenis apa, kita sudah dapatkan laporan itu tapi belum ada bukti foto jenis ikan yang dimaksud, tapi kami sudah tindak lanjuti keluhan nelayan kemarin, dan kami sudah pendataan, apakah nanti kita tertibkan penempatan rumpon sesuai data menggunakan GPS sehingga bisa lebih teratur titik titik mana penempatan rumpon, nanti kita sosialisasikan bersama nelayan disana untuk mencari solusi". Pungkas Saleh Goro.
Editor : Danny Manu