get app
inews
Aa Text
Read Next : Listrik Kebutuhan Masyarakat Modern, Bangun Geotermal, Energi Hijau Listrik, Tidak Boleh Dihentikan

Kematian Ibu Di Sikka, DPRD NTT Minta Dokter Anestesi diberi Sanksi, Solusi Program Sister Hospital

Sabtu, 12 April 2025 | 13:11 WIB
header img
Agus Nahak - Wakil Ketua Komisi V DPRD NTT

Kupang, iNewsAlor.id – Kasus meninggalnya seorang ibu hamil bernama Maria Yunita (36) di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Tc. Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Rabu malam (9/4/2025), memicu perhatian publik. Maria meninggal dunia setelah tidak mendapatkan tindakan operasi caesar karena tidak adanya dokter anestesi di rumah sakit rujukan utama di wilayah Flores dan Lembata itu.

Menanggapi peristiwa ini, Wakil Ketua Komisi V DPRD NTT, Agus Nahak, menilai bahwa ketiadaan dokter spesialis seperti anestesi bukan hanya soal teknis, melainkan soal keberpihakan kepala daerah terhadap sektor kesehatan.

"Kalau kepala daerah punya keberpihakan pada kesehatan, berapapun biayanya pasti akan dianggarkan. Tapi kalau tidak, akan sulit," tegas Agus saat diwawancarai di Kupang, Jumat (11/04/2025). 

Agus menjelaskan bahwa salah satu solusi jangka pendek untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis di daerah adalah melalui program kerja sama dengan fakultas kedokteran, yang dikenal sebagai sister hospital. Program ini pernah diterapkan di beberapa kabupaten di NTT dan terbukti efektif dalam memenuhi kebutuhan dokter ahli secara temporer.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya kolaborasi antara kepala daerah dan dinas kesehatan dalam menyiapkan fasilitas pendukung seperti rumah dinas dan insentif yang memadai bagi tenaga medis.

"Yang penting itu disiapkan dulu fasilitasnya—rumah dinas, insentif, dan lainnya. Kalau tidak ada rumah, lalu hanya diberi uang sekian puluh juta tanpa tempat tinggal, siapa yang mau datang?" ujarnya.

Agus menyebut Kabupaten Malaka, di zaman Bupati dokter Stef Bria, periode pertama sebagai contoh daerah yang berhasil mempertahankan keberadaan dokter spesialis karena dukungan anggaran yang konsisten dan fasilitas yang memadai.

"Banyak dokter bersedia menetap di Malaka karena fasilitas dan dukungan anggarannya jelas. Kalau insentif dan fasilitasnya sama, orang tentu lebih memilih daerah yang aksesnya lebih baik, seperti Bali," katanya.

Namun di sisi lain, Agus menyayangkan absennya dokter anestesi di RSUD Tc. Hillers saat pasien dalam kondisi kritis membutuhkan penanganan.

"Apapun alasannya, meninggalkan tugas dalam situasi kritis adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Harus ada sanksi yang tegas dan setimpal agar ada efek jera. Ini penting, supaya tidak terulang kembali di masa depan," tegasnya.

Agus berharap kejadian tragis ini menjadi momentum refleksi dan evaluasi bagi seluruh pemerintah daerah agar lebih serius dalam menjamin layanan kesehatan dasar yang layak bagi masyarakat.

 

Editor : Danny Manu

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut