Flores, iNews.id - Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur melalui Puskesmas Lawir terus mengintensifkan sosialisasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi, serta mengatasi masalah stunting yang masih menjadi tantangan serius di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kegiatan sosialisasi terbaru dilaksanakan di Desa Tango Molas, Kecamatan Lamba Leda Timur, dan dihadiri langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Manggarai Timur, dr. Surip Tintin, bersama Kepala Puskesmas Lawir, Irvansensia D. Mutiara. Hadir pula Camat Lamba Leda Timur, Babinsa, para kepala desa, tokoh masyarakat dan agama, kader posyandu, dukun bersalin, serta para ibu hamil dan suami mereka.
Kepala Puskesmas Lawir, Irvansensia D. Mutiara, menjelaskan bahwa sosialisasi ini difokuskan pada edukasi mengenai tanda-tanda bahaya persalinan dan masa nifas. Menurutnya, pemilihan Desa Tango Molas sebagai lokasi kegiatan didasarkan pada tingginya angka persalinan di rumah yang masih dibantu oleh dukun.
“Ini menjadi perhatian serius kami. Kami ingin memastikan seluruh ibu hamil menyadari resiko persalinan non medis dan terdorong untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai,” ujar Irvansensia.
Data kinerja Puskesmas Lawir periode Januari–Juni 2025 menunjukkan angka persalinan di rumah masih tinggi, yang berpotensi meningkatkan risiko komplikasi dan kematian. Oleh karena itu, edukasi dan intervensi langsung ke masyarakat dinilai sangat penting.
Salah satu capaian penting dalam kegiatan ini adalah terbentuknya komitmen bersama antara masyarakat dan pemangku kepentingan. Komitmen tersebut mencakup kewajiban bagi ibu hamil untuk melakukan minimal enam kali pemeriksaan kehamilan, termasuk dua kali pemeriksaan USG oleh dokter.
Kepala Dinas Kesehatan, dr. Surip Tintin, menegaskan bahwa program P4K merupakan bagian dari gerakan besar revolusi kesehatan ibu dan anak di Manggarai Timur.
“Kami dorong kolaborasi lintas sektor demi menyelamatkan ibu dan bayi, sekaligus memutus mata rantai stunting di daerah ini,” ungkapnya.
Melalui pendekatan preventif dan kolaboratif ini, pemerintah daerah berharap kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak di NTT semakin meningkat, sehingga mampu menekan angka kematian dan mencegah stunting secara berkelanjutan.
Editor : Danny Manu
Artikel Terkait