“Hari ini saya luncurkan modul pembelajaran untuk Muatan Lokal Konservasi Kelautan bagi sekolah dasar, sepuluh sekolah di dua kecamatan. Bapak Camat akan memperhatikan dari sisi lapangan, saya akan memperhatikan dari sisi pembelajaran. Muatan-muatan yang ada dalam kurikulum pembelajaran tentunya itu jadi bagian dari tanggung jawab kita,” tegas Bapak Ferdy Izak Lahal, SH.
Modul Muatan Lokal Konservasi Kelautan akan mulai diterapkan pada Februari 2023, yang juga bertepatan dengan awal semester dua. Adapun, modul ini baru akan diuji cobakan bagi tingkat sekolah dasar kelas empat, di sepuluh sekolah di wilayah pesisir Kecamatan Pulau Pura dan Abal. Selanjutnya untuk mendukung proses pembelajaran anak-anak, buku-buku serta alat peraga belajar terkait juga telah disediakan di sekolah-sekolah. Tujuannya agar bisa terus menjadi pedoman dalam proses belajar mereka.
Adapun, pembahasan modul terkait materi-materi yang akan diajarkan, sebelumnya telah diberikan kepada sepuluh guru muatan lokal yang hadir pada pelatihan kurikulum konservasi. Pelatihan ini dilaksanakan selama dua hari yakni, 8 – 9 November 2022 di Limarahing, Kecamatan Pulau Pura. Dalam dua hari, guru-guru mendapatkan pelatihan seputar: 1) Pengenalan Ekosistem Pesisir Laut; 2) Memahami Siklus Hidup Ikan dan Mamalia Laut; 3) Mengenal Keseimbangan Ekosistem Laut; dan 4) Penggunaan Alat Peraga Materi Konservasi.
Modul ini disusun bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, BAPPELITBANG, Guru-guru, serta LSM lokal lainnya seperti Yayasan TAKA dan WWF yang berada di Alor. Dalam hal ini, semua pihak menyampaikan harapannya agar Program Integrasi Kurikulum Konservasi tingkat sekolah dasar dengan Modul Muatan Lokal (Mulok) yang telah diluncurkan bisa berjalan lancar dan dapat diimplementasikan ke sekolah di wilayah Alor lainnya.
“Saya dukung penuh, kedepannya kita evaluasi. Kalau saya sudah dukung seperti ini sebagai organisasi perangkat daerah yang ada bersama satuan pendidikan, tinggal nanti kita evaluasi dan lihat kedepannya. Kalau bisa kita kembangkan lagi dan masukan muatan lokal konservasi ini sampai ke pesisir Alor Tengah, Utara ataupun di Selatan” Ungkap Bapak Ferdy Izak Lahal, SH.
Program pengintegrasian pengetahuan konservasi kelautan ke dalam salah satu pelajaran di sekolah dasar yang dijalankan saat ini mendapatkan dukungan dari pemerintah Inggris dengan skema pendanaan Darwin Initiative yang bertujuan melindungi keanekaragaman hayati dan lingkungan alam melalui proyek berbasis masyarakat lokal di seluruh dunia.
Thresher Shark Indonesia merupakan sebuah inisiatif anak muda yang bergerak di bidang konservasi Hiu Tikus (Thresher Shark) berbasis masyarakat. Organisasi ini bermula dari sebuah program tunggal pada tahun 2018. Kemudian pada tahun 2020, Thresher Shark Indonesia telah menjadi Lembaga Non Profit yang terdaftar di Indonesia dengan nama Yayasan Teman Laut Indonesia. Kini, Thresher Shark Indonesia telah memiliki beberapa program lain guna mendukung masyarakat dan juga menjaga lingkungan setempat.
Editor : Danny Manu